Lintas info terpenting – Selama setahun terakhir, perubahan iklim di bumi terasa semakin panas dengan rata-rata suhu ekstrem yang menyengat dan telah berlangsung selama 26 hari lebih banyak dari biasanya.[1] Itu bukanlah kebetulan, tapi hasil dari perubahan iklim yang semakin nyata. Laporan terbaru dari Red Cross Red Crescent Climate Centre, World Weather Attribution, dan Climate Central menyoroti betapa pemanasan global telah meningkatkan frekuensi dan intensitas cuaca ekstrem di seluruh dunia.
Para ilmuwan menggunakan data dari 1991 hingga 2020 untuk mengidentifikasi hari-hari di setiap negara yang masuk dalam 10% tertinggi dalam hal suhu.[2] Kemudian, mereka melacak periode 12 bulan hingga 15 Mei 2024 untuk menghitung berapa banyak hari yang mengalami suhu sangat panas dibandingkan sebelumnya.
Dengan metode yang melewati peer-review, para peneliti meneliti dampak perubahan iklim pada setiap hari yang panas tersebut. Hasilnya, aktivitas manusia telah menyumbang 26 hari lebih banyak panas ekstrem, menjadikannya lebih parah daripada tanpa pemanasan global.[2]
“Baca:Kualitas Parenting Anak Lebih Mungkin Diwujudkan dengan Orang Tua yang Terlatih” [3]
Tahun 2023 dicatat sebagai tahun terpanas dalam sejarah, menurut pemantau iklim Copernicus dari Uni Eropa.[4] Gelombang panas ekstrem merajalela dari Meksiko hingga Pakistan, menunjukkan betapa parahnya situasi. Laporan tersebut mengungkap bahwa dalam 12 bulan terakhir, sekitar 6,3 miliar orang atau 80% dari populasi dunia, telah menghadapi setidaknya 31 hari dengan suhu ekstrem. Total 76 gelombang panas ekstrem tercatat di 90 negara, menyebar di setiap benua kecuali Antartika.[1]
Amerika Latin adalah salah satu yang paling terpukul. Tanpa pengaruh perubahan iklim, Suriname hanya akan mengalami 24 hari panas ekstrem, bukan 182, Ekuador 10 bukan 180, Guyana 33 bukan 174, El Salvador 15 bukan 163, dan Panama 12 bukan 149.
“Panas ekstrem telah merenggut puluhan ribu nyawa selama 12 bulan terakhir, tetapi angka sebenarnya mungkin jauh lebih tinggi, mungkin mencapai ratusan ribu atau bahkan jutaan,” kata Jagan Chapagain, Sekretaris Jenderal Federasi Internasional Palang Merah.[2]
Meskipun banjir dan angin topan mendapat perhatian utama, dampak dari panas ekstrem sama mematikannya. Ini adalah peringatan keras tentang krisis iklim yang semakin mendesak, dan tindakan sekarang adalah keharusan untuk melindungi planet kita.[1]
“Simak: Latihan Perdana Ivar Jenner di Italia Terasa Lebih Berat” [5]
[1] https://esgnow.republika.co.id/berita/se7685425/akibat-perubahan-iklim-suhu-panas-ekstrem-di-dunia-26-hari-lebih-banyak-dari-biasanya
[2] https://koran-jakarta.com/laporan-perubahan-iklim-menyebabkan-panas-ekstrem-selama-26-hari-pada-tahun-lalu
[3] https://kisahsantai.com/informasi/kualitas-parenting-anak-lebih-mungkin-ditingkatkan-orang-tua-yang-berpengalaman/
[4] https://www.kompas.com/sains/read/2024/01/11/120000623/tahun-2023-resmi-jadi-tahun-terpanas-dalam-sejarah
[5] https://kasihterbaru.online/2024/05/30/ivar-jenner-latihan-perdana-di-como-italia-lebih-berat/