Lintas Info Terpenting – Menteri Keuangan Sri Mulyani Indrawati telah mengestimasi nilai tukar rupiah terhadap dolar (AS) pada semester II tahun 2024. Hal ini diperkirakan akan berada dalam kisaran Rp 16.000 hingga Rp 16.200. Proyeksi ini mencerminkan perhitungan yang lebih tinggi dibandingkan dengan asumsi makro yang tertera dalam Anggaran Pendapatan dan Belanja Negara (APBN), yang sebelumnya berada pada angka Rp 15.000 per dolar AS.
Saat berbicara dalam rapat kerja bersama Badan Anggaran Dewan Perwakilan Rakyat Republik Indonesia (Banggar DPR RI) di Senayan pada Senin, 8 Juli 2024, Sri Mulyani menjelaskan bahwa untuk keseluruhan tahun 2024, perkiraan nilai tukar terhadap dolar AS diperkirakan akan berkisar antara Rp 15.900 hingga Rp 16.100.
Pada tanggal 21 Juni 2024, nilai tukar rupiah mencatatkan posisi di Rp 16.450 terhadap dolar AS. Sementara pada akhir perdagangan sebelumnya, nilai tukar rupiah berada di Rp 16.257 per dolar AS. Sri Mulyani juga mengantisipasi bahwa nilai mata uang rupiah masih akan mengalami tekanan. Meskipun dampaknya diperkirakan akan relatif stabil, sebagaimana yang dipengaruhi oleh sentimen eksternal.
Selain itu, Menteri Sri Mulyani juga mengungkapkan harapannya bahwa suku bunga Federal Reserve (The Fed) AS akan mengalami penurunan. Dia menambahkan bahwa berdasarkan indikator-indeks inflasi dan pertumbuhan ekonomi terkini di AS. Terdapat kecenderungan bagi Federal Fund Rate untuk mengalami penurunan, yang diharapkan dapat memberikan stabilitas lebih lanjut terhadap nilai tukar.
“Baca Juga: Investasi Besar UE Pembiayaan 1 Miliar Euro untuk Mesir”
Selain proyeksi nilai tukar rupiah, Sri Mulyani juga memproyeksikan bahwa pertumbuhan ekonomi Indonesia pada semester II tahun 2024 diperkirakan akan berada dalam kisaran 5 hingga 5,2 persen. Angka ini sejalan dengan target pertumbuhan ekonomi yang ditetapkan dalam APBN 2024 sebesar 5,2 persen.
Di samping itu, untuk laju inflasi pada semester II tahun 2024, Sri Mulyani memprediksi akan berada pada kisaran 2,7 hingga 3,2 persen. Target inflasi yang tercantum dalam APBN 2024 adalah sebesar 2,8 persen. Menteri Sri Mulyani juga menyoroti bahwa dinamika cuaca dapat menjadi faktor risiko yang berpotensi mempengaruhi inflasi khususnya pada harga pangan.
“Simak Juga: Menginspirasi UMKM Indonesia Pesta Rakyat Sampoerna”