Lintas Info Terpenting – Pemerintah Daerah Istimewa Yogyakarta (DIY) telah menetapkan status siaga darurat Kekeringan di Yogyakarta sejak awal bulan ini, dan rencananya akan berlaku hingga 31 Agustus mendatang. Kepala Pelaksana Badan Penanggulangan Bencana Daerah (BPBD) Yogyakarta, Noviar Rahmad, menginformasikan bahwa kabupaten-kabupaten yang paling terdampak kekeringan tahun ini adalah Gunungkidul, Bantul, dan Kulon Progo.
Menurut data BPBD DIY, sebanyak 1.153 hektare lahan pertanian di ketiga kabupaten tersebut mengalami dampak kekeringan, dengan sebagian besar lahan mengalami puso (gagal panen). Lahan sawah yang terdampak kekeringan tersebar di 14 kecamatan di ketiga kabupaten tersebut, terutama di daerah selatan atau yang dekat dengan pesisir masing-masing kabupaten.
Baca Juga : Peneliti BRIN Optimalkan Performa Sel Surya Generasi Ketiga
Di Kabupaten Gunungkidul, kekeringan telah memengaruhi 10 kecamatan, yaitu Semanu, Saptosari, Playen, Karangmojo, Gedangsari, Semin, Ngawen, Ponjong, Nglipar, dan Patuk. Sebagian besar lahan sawah tadah hujan di wilayah ini mengalami gagal panen. Di Kabupaten Bantul, Kecamatan Dlingo juga mengalami dampak kekeringan. Sementara di Kabupaten Kulon Progo, kecamatan yang terdampak adalah Wates, Panjatan, dan Temon. “Dampak kekeringan ini tidak hanya berpengaruh pada ketersediaan air bersih untuk rumah tangga, tetapi juga terhadap hasil panen,” jelas Noviar.
Krisis air bersih sudah dirasakan oleh warga Gunungkidul sejak Juni 2024. Di Kabupaten Bantul dan Kulon Progo, dampak kekeringan baru dirasakan sejak pertengahan bulan lalu, bersamaan dengan meningkatnya permintaan bantuan air bersih.
Gubernur DIY, Sri Sultan Hamengku Buwono X, memastikan bahwa anggaran kebencanaan telah disiapkan untuk menghadapi situasi darurat kekeringan. “Ini sebagai antisipasi jika anggaran dari pemerintah kabupaten tidak mencukupi,” ucapnya.
Sementara itu, Kepala Bidang Kedaruratan dan Logistik BPBD Kabupaten Sleman, Bambang Kuntoro. Beliau menyatakan bahwa hingga saat ini belum ada permintaan pasokan air bersih dari masyarakat Sleman. Namun, pihaknya telah bersiap jika kebutuhan tersebut meningkat di masa mendatang. Bupati Sleman, Kustini Sri Purnomo. Ia menjelaskan bahwa lembaganya telah mendirikan Irigasi Air Tanah Dangkal untuk kelompok tani dan peternak guna menjaga ketersediaan air. “Masalah utama saat kemarau adalah penurunan debit air irigasi,” ungkapnya.